Islam adalah
satu-satunya agama yang Allah turunkan lagi diridhoi di muka bumi. Islam adalah
agama yang paripurna; yang di dalamnya dijelaskan segala aspek kehidupan dunia
dan akhirat. Islam tidak memiliki cacat ataupun aib. Kehadirannya di muka bumi
sebagai cahaya ketenangan, keamanan, ketentraman dan keselamatan. Tidak ada
hati yang memiliki fitrah yang lurus kecuali akan condong kepada Islam.
Namun sangat
disayangkan. Islam sebagai agama yang Allah ridhoi ditakdirkan untuk asing. Hal
ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Islam pada
permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti sedia kala.
Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim)
Lalu, siapakah
orang-orang yang terasing yang disabdakan oleh Rasulullah? Apakah orang-orang
yang tidak lagi memiliki sanak keluarga? Atau apakah orang yang tinggal jauh di
tengah hutan belantara yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian? Atau orang-orang
yang mengemis di jalanan yang meminta pertolongan kepada setiap orang yang
lewat dihadapannya? Orang-orang yang terasing adalah orang-orang yang
disabdakan oleh Rasulullah: “Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang
asing. (yaitu) orang-orang shalih yang hidup berdampingan dengan mayoritas
orang-orang buruk. (ketika itu) orang yang bermaksiat kepada Allah lebih banyak
daripada orang yang mentaatiNya” (HR. Ahmad)
Keterasingan
adalah sebagaiman yang dirasakan oleh sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash yang pergi
menjauh dari pertikaian antara Ali dan Muawwiyah. Keterasingan adalah hal yang
dirasakan oleh Imam Ahmad ketika ia harus dipenjara dan disiksa oleh 3 khalifah
pada masanya hanya karena Ia mengatakan Alquran adalah Kalamullah. Keterasingan
adalah apa yang dirasakan oleh Sufyan at Tsaury ketika ia bertemu dengan
kafilah dari negri yang jauh; lantas ia pun berkata: “Sampaikanlah salamku
kepada siapa saja yang berpegang teguh terhadap Alquran dan Sunnah, karena saat
ini aku tengah merasakan keterasingan Islam.” Keterasingan tersirat dari
ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ia harus rela meninggal dunia di
dalam penjara, lantas iapun berkata: “Apa yang bisa dilakukan musuhku
terhadapku? Sesungguhnya kebahagiaanku ada di dalam dadaku. Bila kalian
mengusirku, maka pengusiran tersebut bernilai tamasya bagiku dan bila kalian
memenjarakanku maka pemenjaraan tersebut bernilai khalwat (untuk menenangkan
pikiran dan ibadah).”
Kuantitas
tidak selamanya menunjukkan bahwa itu merupakan kebenaran atau kebaikan. Kuantitas
bukanlah tolak ukur yang dengannya kita bisa memvonis segala sesuatu. Ibnu
Mas’ud berkata: “Jama’ah adalah siapa saja yang mengikuti kebenaran
(berdasarkan Alquran dan Sunnah sebagaimana yang dipahami Salafus Saleh)
meskipun kamu sendirian. (Jika memang engkau demikian adanya), Maka ketika itu
kamu disebut Jama’ah” Allah swt berfirman: “Dan jika kamu mengikuti
kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah” (QS. Al An’am: 116) Dan inilah konsep Iblis dalam menyesatkan anak
cucu adam “Dan Engkau (Allah) tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur” (Qs. Al A’raf: 17) Oleh sebab itu, kita tidak bisa mengatakan
bahwa shalat hukumnya tidak wajib hanya karena kebanyakan orang tidak sahlat.
Kita tetap tidak boleh kufur, meskipun nantinya tidak ada satupun orang mukmin
di dunia ini.
Maka ikutilah
kata hatimu dan tuntutlah ilmu. Jika kamu tidak memiliki banyak waktu luang
karna berbagai kesibukan, paling tidak kamu harus tahu apakah amal ibadahmu
selama ini sesuai sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah atau tidak.
Jadilah muslim yang intelek lagi kritis. Gunakanlah Alquran dan Sunnah sebagai
pedoman dan Shalafus saleh sebagai panutan. Pelajarilah agama ini dari sumbernya.
Hauslah akan Ilmu agama dan irilah pada para ulama. Jagalah amalan-amalan wajib
lalu hiasilah ia dengan amalan sunnah semampunya lalu pastikan bahwa seluruh
amalanmu sesuai dengan yang diajarankan Rasulullah.
Lalu akankah
kita harus takut bilamana kita termasuk kedalam orang-orang yang terasing atau
apakah kekuatan orang-orang terasing akan sirna dari muka bumi. Dengarkan dan renungilah kabar gembira yang
dibawakan oleh Baginda saw. untukmu : “Senantiasa ada sekelompok dari umatku
yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan
mereka hingga keputusan Allah datang” (HR. Muslim)
Sadarilah
saudaraku, berapa banyak orang yang kusut bajunya, berantakan penampilannya, ia
asing diantara penduduk dunia, namun apabila ia angkat tangannya tidak ada
pilihan kecuali Allah swt pasti akan mengabulkannya. Ia cinta kepada tuhanNya
maka tuhannya pun mencintainya. Maka, jadilah danau kecil di tengah luasnya
padang pasir yang gersang. Jadilah bulan purnama di dalam gelap gempita malam
tanpa bintang gempitang. Jadilah penerang dikala lampu-lampu telah padam.
Jadilah penolong dikala mereka menangis membutuhkan. Hargai jiwa dan dirimu;
karena semakin minim kuantitas sesuatu menandakan semakin berharganya sesuatu
tersebut; bagaikan butiran mutiara diantara luasnya samudera. F2d
Sumber:
Aqidah al
Wasitiyyah Karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Taisir al
Karim ar Rahman karangan Syaikh As Si’dy
Syarh as
Sunnah karangan Syaikh Shalih al Fauzan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar