Selasa, 13 Juni 2017

Untukmu yang Terasing

Islam adalah satu-satunya agama yang Allah turunkan lagi diridhoi di muka bumi. Islam adalah agama yang paripurna; yang di dalamnya dijelaskan segala aspek kehidupan dunia dan akhirat. Islam tidak memiliki cacat ataupun aib. Kehadirannya di muka bumi sebagai cahaya ketenangan, keamanan, ketentraman dan keselamatan. Tidak ada hati yang memiliki fitrah yang lurus kecuali akan condong kepada Islam.
Namun sangat disayangkan. Islam sebagai agama yang Allah ridhoi ditakdirkan untuk asing. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti sedia kala. Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim)
Lalu, siapakah orang-orang yang terasing yang disabdakan oleh Rasulullah? Apakah orang-orang yang tidak lagi memiliki sanak keluarga? Atau apakah orang yang tinggal jauh di tengah hutan belantara yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian? Atau orang-orang yang mengemis di jalanan yang meminta pertolongan kepada setiap orang yang lewat dihadapannya? Orang-orang yang terasing adalah orang-orang yang disabdakan oleh Rasulullah: “Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing. (yaitu) orang-orang shalih yang hidup berdampingan dengan mayoritas orang-orang buruk. (ketika itu) orang yang bermaksiat kepada Allah lebih banyak daripada orang yang mentaatiNya” (HR. Ahmad)
Keterasingan adalah sebagaiman yang dirasakan oleh sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash yang pergi menjauh dari pertikaian antara Ali dan Muawwiyah. Keterasingan adalah hal yang dirasakan oleh Imam Ahmad ketika ia harus dipenjara dan disiksa oleh 3 khalifah pada masanya hanya karena Ia mengatakan Alquran adalah Kalamullah. Keterasingan adalah apa yang dirasakan oleh Sufyan at Tsaury ketika ia bertemu dengan kafilah dari negri yang jauh; lantas ia pun berkata: “Sampaikanlah salamku kepada siapa saja yang berpegang teguh terhadap Alquran dan Sunnah, karena saat ini aku tengah merasakan keterasingan Islam.” Keterasingan tersirat dari ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ia harus rela meninggal dunia di dalam penjara, lantas iapun berkata: “Apa yang bisa dilakukan musuhku terhadapku? Sesungguhnya kebahagiaanku ada di dalam dadaku. Bila kalian mengusirku, maka pengusiran tersebut bernilai tamasya bagiku dan bila kalian memenjarakanku maka pemenjaraan tersebut bernilai khalwat (untuk menenangkan pikiran dan ibadah).”
Kuantitas tidak selamanya menunjukkan bahwa itu merupakan kebenaran atau kebaikan. Kuantitas bukanlah tolak ukur yang dengannya kita bisa memvonis segala sesuatu. Ibnu Mas’ud berkata: “Jama’ah adalah siapa saja yang mengikuti kebenaran (berdasarkan Alquran dan Sunnah sebagaimana yang dipahami Salafus Saleh) meskipun kamu sendirian. (Jika memang engkau demikian adanya), Maka ketika itu kamu disebut Jama’ah” Allah swt berfirman: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116) Dan inilah konsep Iblis dalam menyesatkan anak cucu adam “Dan Engkau (Allah) tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (Qs. Al A’raf: 17) Oleh sebab itu, kita tidak bisa mengatakan bahwa shalat hukumnya tidak wajib hanya karena kebanyakan orang tidak sahlat. Kita tetap tidak boleh kufur, meskipun nantinya tidak ada satupun orang mukmin di dunia ini.
Maka ikutilah kata hatimu dan tuntutlah ilmu. Jika kamu tidak memiliki banyak waktu luang karna berbagai kesibukan, paling tidak kamu harus tahu apakah amal ibadahmu selama ini sesuai sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah atau tidak. Jadilah muslim yang intelek lagi kritis. Gunakanlah Alquran dan Sunnah sebagai pedoman dan Shalafus saleh sebagai panutan. Pelajarilah agama ini dari sumbernya. Hauslah akan Ilmu agama dan irilah pada para ulama. Jagalah amalan-amalan wajib lalu hiasilah ia dengan amalan sunnah semampunya lalu pastikan bahwa seluruh amalanmu sesuai dengan yang diajarankan Rasulullah.
Lalu akankah kita harus takut bilamana kita termasuk kedalam orang-orang yang terasing atau apakah kekuatan orang-orang terasing akan sirna dari muka bumi.  Dengarkan dan renungilah kabar gembira yang dibawakan oleh Baginda saw. untukmu : “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka hingga keputusan Allah datang” (HR. Muslim)
Sadarilah saudaraku, berapa banyak orang yang kusut bajunya, berantakan penampilannya, ia asing diantara penduduk dunia, namun apabila ia angkat tangannya tidak ada pilihan kecuali Allah swt pasti akan mengabulkannya. Ia cinta kepada tuhanNya maka tuhannya pun mencintainya. Maka, jadilah danau kecil di tengah luasnya padang pasir yang gersang. Jadilah bulan purnama di dalam gelap gempita malam tanpa bintang gempitang. Jadilah penerang dikala lampu-lampu telah padam. Jadilah penolong dikala mereka menangis membutuhkan. Hargai jiwa dan dirimu; karena semakin minim kuantitas sesuatu menandakan semakin berharganya sesuatu tersebut; bagaikan butiran mutiara diantara luasnya samudera. F2d
Sumber:
Aqidah al Wasitiyyah Karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Taisir al Karim ar Rahman karangan Syaikh As Si’dy

Syarh as Sunnah karangan Syaikh Shalih al Fauzan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar