Diantara
bentuk kasih sayang Allah swt kepada hambanya, Allah swt memberikan sebab-sebab
termudah agar hamba tersebut mendapat pahala yang banyak hanya dengan perbuatan
kecil dan sepele. Dan begitu pula, Allah swt tidak hanya menetapkan sesuatu itu
bernilai ibadah hanya dengan perbuatan saja. Seorang hamba bisa melakukan
ibadah hanya dengan hati dan perkataannya. Sehingga Syaikhul Islam mendefinisikan
suatu ibadah sebagai “Segala sesuatu apapun itu yang dicintai dan diridhoi oleh
Allah baik itu perkataan maupun perbuatan yang dzhohir maupun yang bathin.”
Dan diantara
hal yang kecil dan sepele namun berarti besar disisi Allah swt adalah
Istighfar. Istighfar memiliki banyak sekali faidah. Di dalam hadits Rasulullah
mengungkapkan bahwa Beliau beristighfar sebanyak 70 sampai 100 kali dalam
sehari. Dan tidaklah Rasulullah saw mencontohkan sesuatu kecuali sesuatu
tersebut memiliki faidah yang banyak.
Ada
sebuah hadits yang menunjukkan akan faidah besar dari istighfarnya seorang
hamba. Dari Abdullah bin Abbas ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang
siapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah swt akan menjadikan baginya
kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala
kesempitan yang dihadapinya dan Allah akan memberikannya rizky dari arah yang
tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, al-Baihaqi
dalam as-Sunan al-Kubro no. 6421 dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kubro
no.10665)
Dan termasuk
diantara faidah terbesar istighfar adalah cinta dari Allah swt. Dan begitu
pula, diantara bentuk cinta dari Allah swt kapada seorang hamba, Allah akan
mengampuni lalu mengabulkan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh hamba tersebut
baik diminta ataupun tidak. Ibnu Qoyyim pernah berkata: “Apabila anda memiliki
permintaan yang banyak namun waktu anda sempit, maka dahulukanlah istighfar.
Karena dengan istighfar cinta Allah akan turun. Dan bilamana Allah sudah cinta
kepada hamba tersebut maka Allah swt akan kabulkan seluruh kebutuhannya baik
diminta maupun tidak.”
Ada sebuah
kisah menarik yang berkenaan dengan tema ini. Dikisahkan bahwa suatu hari Imam
Ahmad bin Hanbal salah seorang Ulama madzhab yang empat pergi berkelana ke
negri Mesir. Sesampainya Beliau di Mesir dan karena penatnya perjalanan beliau
dari Iraq, maka Imam Ahmad memutuskan untuk beristirahat sejenak di pojok
sebuah Mesjid. Tidak lama beliau merebahkan tubuhnya tiba-tiba datang Marbot
Mesjid mendekatinya lalu mengusirnya.
Keluarlah
Imam Ahmad bin Hanbal dari masjid lalu bertemulah ia dengan seorang Pembuat
roti di dekat masjid tersebut yang sedari tadi sudah memperhatikan Beliau diusir
dari Masjid. Maka ia pun berkata karena iba: “Wahai Syaikh, silahkan
beristirahatlah di tempat saya.” Pembuat roti ini tidak tahu kalau orang yang
ia ajak bicara adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Nah, karena lelah dan jauhnya
perjalanan maka Imam Ahmad pun beristirahat di rumah si Pembuat roti.
Dilihatnya
oleh Imam Ahmad si Pembuat roti ini selalu beristighfar ketika sedang membuat
rotinya. Melihat hal tersebut maka Imam Ahmad pun berkata: “Wahai Syaikh
kulihat anda selalu beristighfar, apa sih faidah dari istighfar yang anda
lakukan?” Pembuat roti pun menjawab: “Demi Allah wahai Syaikh, tidaklah saya
membiasakan diri beristighfar dalam kehidupan saya kecuali Allah swt mengabulkan
seluruh doa-doa saya. Hanya sebuah doa yang saya tidak tahu kenapa sampai saat
ini Allah swt belum mengabulkannya.” “Apa itu?” Sambut Imam Ahmad. Si Pembuat
roti menjawab: “Saya berdoa kepada Allah swt agar sebelum saya wafat saya bisa
dipertemukan langsung menatap wajah Imam Ahmad bin Hanbal”.
Maka Imam
Ahmad berkata: “Allah…, Inilah yang menyebabkan saya harus berjalan jauh dari
tempat saya (Iraq) menuju Mesir, diusir dari Mesjid kemudian singgah ketempat
anda hanya dikarenakan istighfar anda saja”.