“Diary untuk Kirana”
01 Juli 2013
Perkenalkan
namaku Dito candrawinata. Aku sekarang masih duduk di bangku SMA. Tepatnya
kelas XII SMA. Di sekolah aku lumayan terkenal, bukan hanya karena tubuhku yang
ideal tapi karena aku aktif diberbagai kegiatan dan olahraga. Ciri-ciri
fisikku, aku memiliki tinggi badan 172 cm dengan berat badan 68 kg, berkulit
putih dan berambut lurus.
Teman-teman
sering menganggap aku playboy. Gak tau sich kenapa? Padahal sepengetahuanku aku
sich biasa-biasa aja. Memang ku akui banyak cewek-cewek di sekolah baik kakak
ataupun adik kelas yang baik denganku. Tapi aku rasa tidak ada yang special.
Selama aku pun menganggap mereka bukan yang special.
Lalu bagaimana
dengan pacar?
Entahlah, bahkan
sampai saat ini aku belum pernah jatuh cinta. Kalaupun aku dekat dengan
beberapa cewek di sekolah dan mau diajak jalan mereka, itu karena aku tidak
enak untuk menolaknya. Dan aku rasa itu normal. Apa salahnya hanya sekedar
makan bareng, main timezone bareng atau nonton bioskop bareng. Yang pentingkan
aku gak ngatain cinta atau pun sayang. Lagian di masa-masa umurku yang sekarang
aku rasa memang waktu ku untuk bersenang-senang. Have fun aja lah gak usah
geer-geer amat.
Minggu,
14 Juli 2013
20:45 “hari penuh
bintang”
Hari ini aku main
ke rumah nenek. Rumah nenek gak jauh dari rumahku. Hanya berjarak beberapa
rumah saja dari rumahku. Aku juga sering numpang untuk menginap di rumah nenek,
bukan hanya karena rumah nenek yang nyaman dengan pekarangan yang luas dan
pohon-pohon yang rindang tapi nenek suka buat masakan ataupun cemilan. Hehe…
Tapi kayaknya aku
punya alasan ketiga saat ini. Soalnya di jalan aku tadi berpapasan dengan
wanita cantik nan jelita. Waw… tetangga baru nenek, kayaknya sih seumuran
denganku. Hemz… kira-kira siapa namanya ya….
15 Juli
2013
23:55 “Begadang
ditemani pop mie rasa kaldu ayam”
Awal masuk
sekolah. No bad. Gak ada yang berubah dari suasana sekolah. Masih seperti
biasa, sebelum liburan semester dimulai. Hanya ada satu yang membuat seakan
suasana kelas hari ini dan seterusnya akan terasa sangat berbeda. Ada bunga
yang baru tumbuh. Namanya Kirana, Kirana Larasati. Wanita yang aku berpapasan
dengannya di rumah nenek kemarin. Waw cantiknya orisinil. Wanita pertama
setelah ibuku yang kuakui kecantikannya. Bahkan teman-teman sekelas tak
henti-hentinya membicarakannya di sepanjang pelajaran.
Kayaknya sih
orangnya pemalu. Bahkan dari awal kedatangannya, ketika ia memperkenalkan diri
hingga pelajaran usai ia tidak pernah tersenyum tulus. Bahkan ketika
teman-teman lelaki berhamburan ingin berkenalan dengannya ia tidak menjawab
banyak. Cewek misterius….
Ok, hari ini
dapat mie goreng dan telur mata sapi ini dari kak Melisa. Hehe… agak asin sih,
tapi oke lah. Uang jajanku bisa ku belikkan buat yang lain.
Minggu,
21 Juli 2013
22:00 “Mendung”
Sudah satu minggu
tahun ajaran di mulai. Dan selama itu pula aku belum pernah sekalipun
berkenalan secara langsung dengan kirana. Aneh. Rasanya tak biasanya aku
seperti ini. Memang sih dia pemalu tapi entah mengapa kalau aku di dekatnya aku
juga ikut menjadi pemalu. Seperti ada tabir yang memisahkan antara duniaku dan
duniannya.
Seperti biasa,
minggu ini aku mengunjungi nenek sembari mencari celah untuk bisa lebih dekat
dengan kirana.
Hari ini nenek
memasak sup ikan. Dan seperti biasa nenek selalu membagikannya kepada para
tetangga di sekitar rumahnya. Haha ini kesempatanku.
Aku memasuki
rumah kirana. Tenang namun bersih. Bunga-bunga tersusun rapi di halaman rumah.
Berbeda dengan rumah nenek yang ditumbuhi pohon-pohon besar, rumah kirana
berisi beberapa pohon cangkok yang tumbuh di sudut-sudut pekarangan. Terlihat
terawat padahal aku rasa mereka belum lama pindah ke rumah ini.
Aku pun memencet
bel di pintu. Sejenak aku menunggu. Terdengar ada suara wanita dewasa yang
memanggil kirana untuk segera membukakan pintunya. Beberapa detik kemudian
pintu pun terbuka. Aku tercekat. Aneh. Seorang gadis dengan ikat rambut dan
poni di dahi. Sederhana namun luar biasa.
Beberapa detik
aku terdiam bahkan aku tak mendengar bahwa sedari tadi kirana menegur ku.
Bahkan hampir saja pintu ditutup dan tentu saja aku segera tersadar.
Dengan
terbata-bata aku memberikan sup buatan nenek kepada kirana. Dan dengan
basa-basi yang serba salah dan bertele-tela aku pun memperkenalkan diri. Hey…
aku rasa itu bukan memperkenalkan diri tapi mempermalukan diri sendiri. Hem..
ya sudahlah.
Senin,
22 Juli 2013
15:25 “Suntuk di
rumah”
Tadi pagi di
sekolah aku ke perpust. Membaca beberapa buku dan meminjamnya untuk
menyelesaikan tugas di rumah. Dan ketika itulah aku berpapasan dengan kirana.
Akupun menyapanya dan mengajaknya untuk duduk di meja yang sama. Hemz… tidak
ada obrolan serius diantara kami. Ia terlihat begitu dingin dan tertutup.
Mungkin butuh waktu lama untuk dekat dengannya.
Jum’at,
26 juli 2013
22:30 “agak
pilek”
Hari ini adalah hari
olahraga di sekolah. Biasanya sih aku tidak ikut berolahraga bersama
siswa-siswa kebanyakan. Hal itu karena aku masuk ke beberapa klub olahraga di
sekolah. Dan kebetulan sekali sebentar lagi kami akan mengikuti kejuaran futsal
antar SMA.
Namun hari ini
aku memilih untuk absen. Aku ingin melihat kirana di lapangan. Aku ingin lihat
seberapa tangkas anak itu.
Seperti biasa,
kegiatan dimulai dengan pemanasan. Setelah itu masuk ke dalam teori. Yah,,,
beginilah yang terjadi kalau ikut olahraga dengan anak-anak. Membosankan,.
Kegiatan dipenuhi dengan teori dan pemanasan.
Hari ini kami
mempelajari bola voly. Karena aku juga ikut di klub voly pelatih pun menyuruhku
untuk mendampinginya. Ditambah lagi aku mendapat kepercayaan untuk melatih anak
perempuan.
Pelatihan dimulai
dengan menimang bola. Tidak ada masalah pada awalnya, namun ketika kirana
mengambil giliran aku gugup. Kucoba menenangkan diri dan akupun melemparkan
bola kearahnya. Oh shitt… lemparanku terlalu tinggi dan mengenai kepalanya.
Kirana meringis dan aku pun kebingungan.
Kejadian itu
sontak membuat teman-teman yang lain tertawa. Akupun cepat-cepat kearahnya dan
mencoba sebisa mungkin meminta maaf. Ia terlihat tidak marah namun tangannya
masih mengelus-elus kepalanya. Akupun semakin bingung.
Kuambil bola dan
latihan kembali dimulai. Kulemparkan bola sekali lagi kearah kirana. Aku
benar-benar berhati-hati ketika itu. Kirana menyambut bola tersebut dengan
kedua tangannya. Dan… Kirana meringis. Aku ketakukan. Astaga…. Apalagi yang
salah dengan lemparanku??? Sebegitu keras kah.
Kucoba
mendekatinya namun dengan cepat kirana meminta izin dan ia pun keluar dari
lapangan.
….
Kejadian di
lapangan sangat memalukan bagiku. Kenapa aku selalu terlihat aneh di depan anak
itu? Rambut poninya… akh,,, kenapa aku selalu mengingatnya!!!
Sabtu,
27 Juli 2013
10:15 “Pelajaran
pak Nazar, membosankan”
Tadi pagi aku
berinisiatif memberanikan diri untuk menjemput kirana sebagai tanda maafku
kepadanya soal kejadian kemarin. Dan apa yang terjadi???? Dia mau.. hahaha
Gak semudah itu
sih sebenarnya. Terus terang saja awalnya kirana menolak, namun atas bantuan
ayahnya kirana pun mau aku antar.
Awal aku datang
ke rumah kirana pun sebenarnya aku gugup. Bahkan aku bertingkah aneh dengan
berdiri di depan pagar yang terbuka sambil melirik-lirik ke arah rumah. Dan
tanpa kusadari ternyata sedari tadi ayah kirana sudah memperhatikan
gerak-gerikku di belakangku. Hadeh… malunya. Tapi paling tidak kedekatanku
dengan keluarga kirana semakin terasa.
Lalu bagaimana
dengan perjalanannya. Oh my god.
Luar biasa.
Seakan baru kali ini aku membonceng seorang gadis di belakangku. Meskipun
kirana masih malu-malu dan tidak mau mendekatkan tubuhnya denganku, namun aku
masih bisa merasakan wangi harum dari tubuhnya.
Oh, ini bukan
parfum… soooo natural.
Hm… kirana.
Aku serasa
seperti terbang….
.
Aduh, pak nazar
melempar kepalaku dengan spidol.
Minggu,
28 Juli 2013
21:50 (ditemani
gerimis, semangkuk bakso dan PR yang menumpuk)
Seperti biasa
setiap hari minggu aku main-main ke rumah nenek.
Sorenya aku
bertemu dengan ayah kirana. Ayah kirana orangnya baik dan ramah. Bahkan ia
mengajakku untuk singgah ke rumahnya. Awalnya sih aku ingin menolak tapi aku
pikir ini kesempatan bagus untuk PDKT hehe.
Akhirnya aku pun
mengobrol banyak dengan ayah kirana di teras rumahnya. Dari perbincangan
tersebut aku tahu kalau ternyata ayah kirana memang jarang pulang. Hemm pantas
saja aku bertemu dengan ayahnya baru kemarin. Ayah kirana adalah seorang
arsitek lapangan. Dan karena factor pekerjaanlah yang mengharuskannya jauh dari
keluarga. Kepindahannya kesini pun sebenarnya juga dikarenakan factor
pekerjaan. Ayah kirana sudah menandatangani sebuah proyek di dekat sini. Dan
dikarenakan proyek ini cukup besar dan membutuhkan waktu yang lama sehingga
pada akhirnya ayah kirana pun memutuskan untuk pindah kesini.
Ketika sedang
asyik bercerita tiba-tiba kirana keluar dari rumah membawa cemilan untuk kami.
Seperti biasa ia terlihat cantik dan natural. Dan aku tak bisa berbohong kalau
mataku selalu mencuri pandang ke arahnya.
Setelah beberapa
saat aku pun meminta izin untuk pulang. Namun sebelumnya ayah kirana memintaku
untuk menemani kirana ke pasar.
Di sepanjang
perjalanan meskipun agak kikuk, aku mencoba untuk mengajak ngobrol kirana. Aku
banyak bertanya tentang kehidupan dan keluarganya. Dan ia hanya menjawab
sebatas pertanyaanku saja. Namun dari situ aku tahu kalau ayah kirana pernah
bercerai. Dan ibu yang ada dirumahnya adalah ibu tirinya. Bahkan terakhir kali
kirana bertemu dengan ibu kandungnya ketika dirinya masih berumur 5 tahun.
Dari perjalanan
tersebut pun aku sadar bahwa sebenarnya kirana bukan anak yang benar-benar
pendiam. Disepanjang perjalanan ia terlihat sangat ramah. Bahkan ia terlihat
sangat akrab dengan para pedagang di pasar. Padahal baru sekitar sebulan ini ia
pindah.
Hem… aku harus
bisa mencuri sifat baik itu dari kirana dan mendapat perhatiannya.
Sabtu,
17 Agustus 2013
01:15 “68 th
Indonesia Merdeka”
Tepat jam 7 pagi
tadi aku menjemput kirana. Ada misi hari ini. Ada begitu banyak perlombaan yang
harus kami menangkan di sekolah.
Menurutku kenapa
hari kemerdekaan identic dengan perlombaan bukan hanya untuk bersenang-senang
saja tapi sebagai ajang untuk memperingati perjuangan pahlawan kita terdahulu
dalam meraih kemenangan.
Aku mendaftarkan
diri di banyak perlombaan. Namun kirana,… aku rasa ia tidak mendaftarkan
dirinya di perlombaan apapun. Akupun berinisiatif untuk mendaftarkan dirinya di
beberapa perlombaan, dan akupun berfikir perlombaan manakah yang cocok
dengannya.
Aku rasa kirana
memang jagonya kalau soal masak memasak. Akupun mengantarkannya untuk mengikuti
lomba tersebut. Awalnya ia menolak namun aku memaksa dan menarik tangannya.
Akhirnya seluruh
acara pun selesai. Aku banyak memenangkan perlombaan. Lomba balap karung, lomba
makan kerupuk hingga lomba bermain bola menggunakan rok. Adapun kirana,.. iya
juga menang. Ia ikut lomba dengan ajeng dan gista teman sekelasnya. Terlihat
mereka sangat kompak sekali. Bahkan tidak pernah aku melihat kirana seceria
hari ini sebelumnya. Bahkan hingga acara selesai pun mereka masih terlihat
bersama. Ketika aku mendekati kirana barulah ajeng dan gista pamit dengan
alasan masing-masing.
Melihatku di
depannya kirana tersenyum. Tulus. Sungguh itu adalah senyuman pertama yang aku
rasa begitu sempurna dari sosok kirana.
Kirana menyodorkan
kepadaku sepiring kecil makanan dan menyuruhku untuk memakannya. Aku rasa ini
masakannya tadi. Nasi goring dengan campuran sosis dan diatasnya diletakkan
toping putih telur dan tomat juga wortel khas merah putih. Terlihat sederhana
namun ketika aku rasakan, masakan itu seakan meledak di dalam mulutku.
Sungguh lezat.
Tak habis-habisnya aku memuji masakan kirana hingga ia pun malu dan menarik
hidungku. Kirana aku tak bohong ini sungguh enak.,,,.
Sore harinya aku
mengantar kirana pulang. Aku ingin mengajak kirana ke pasar
malam besok.
Hemm aku tak
sabar,,…
Minggu,
18 Agustus 2013
00:34
“Speechless”
Aku menjemput
kirana jam 5 sore takut kalau kami kemalaman. Sesampainya aku bertemu dengan
ayahnya kirana kemudian kami mengobrol-ngobrol sebentar sembari menunggu kirana
yang sedari tadi belum keluar dari kamarnya.
Beberapa menit
kemudian kirana keluar. Ia memakai baju putih polos berbahan katton dengan
lengan panjang, sangat serasi dengan kulitnya yang putih bersih. Aku takjub,
sedangkan ayah kirana menepuk-nepuk tangannya sembari berterus terang akan
cantiknya anaknya hari ini. Kirana tersipu malu.
Sesampainya di
pasar malam kami mencoba beberapa permainan. Dari hanya sekedar lempar gelang,
komedy putar, rumah hantu, biyanglala dsb. Malam yang indah.
“Wahai bulan,
terimaksih untuk purnamamu malam ini. Wahai awan terimakasih untuk cerahmu
malam ini. Wahai langit terimakasih untuk bintang gempitangmu malam ini. Dan
untumu wahai malam terimakasih untuk segala kesempurnaan yang kau suguhkan.”
Rabu,
21 Agustus 2013
“Happy Brithday
Kirana”
Semenjak beberapa
hari yang lalu aku sudah mencari kesana kemari kira-kira hadiah apa yang paling
cocok untuk kirana dihari ulang tahun nya. Dan akhirnya sore tadi aku
menemukannya. Aku tahu kirana suka masak. Jadi, hadiah yang paling cocok
untuknya adalah celemek. Dan pas sekali karena nenek bisa membordir. Maka aku
langsung pergi ke rumah nenek dan memintanya untuk menuliskan nama kirana
diatas celemek itu. “Kirana the Lovely Chef”
Susah juga sih
minta tolong sama nenek. Karena dia sedang sibuk masak. Tapi setelah aku
memelas dan terus-terusan membujuknya akhirnya iapun mau.
Tepat jam 9 malam
aku ke rumah kirana. Aneh, rumah kirana terlihat sepi. Memang ayah kirana siang
sudah kembali ke luar kota dengan pekerjaannya. Sedangkan proyeknya yang baru
di dekat sini baru akan di mulai bulan depan.
Pintu gerbang
rumah kirana terbuka, aku pun langsung masuk ke dalam. Ku pencet bel rumah,
agak lama aku menunggu. Dan setelah yakin kalau tidak ada siapapun di rumah aku
pun memutuskan untuk pergi. Hem… mungkin kirana dan ibu tirinya sedang keluar
untuk makan atau apalah.
Belum lagi jauh
aku langkahkan kaki ku meninggalkan rumah kirana. Aku mendengar ada suara
desisan seperti ada yang memanggilku. Aku melihat kea rah kanan dan kiri. Tidak
ada siapapun. Ketika aku ingin mempercepat langkahku tiba-tiba ada seseorang
yang melemparku dengan botol bekas minuman. Aku menoleh, ternyata itu kirana
yang sedari tadi memanggilku dari dalam kamarnya. Aku menghampiri kirana di
dekat jendelanya.
Sambil tersenyum
ia memberi isyarat kepadaku untuk tidak berisik. Aneh. Ini kan masih jam 9.
Aku mengucapkan
selamat ulang tahun padanya dan memberikannya hadiah yang sedari tadi sudah ku
persiapkan. Kusuruh kirana membuka hadiah tersebut dan memakainya. Sangat
serasi dengan tubuhnya. Ia mengucapkan terima kasih kepadaku dan aku pun
pulang.
Yah, aku pulang
karena tidak tau apa lagi yang harus aku lakukan.
“17 tahun yang
lalu seorang dewi telah dilahirkan
dengan kedua
sayap putih megah tak terlukiskan
para malaikat
bertanya siapakah gerangan
hingga para
bidadari pun iri ingin diturunkan”