Kamis, 15 Juni 2017

Mana “Izzah”mu? (Kemuliaan yang Telah Hilang)

Sobat muda, masih ingatkah masa-masa kejayaan Islam? Dimana kaum Muslimin bisa menjatuhkan Persia dan mengusir serta memukul mundur Romawi jauh ke benua Eropa! Bahkan raja-raja Romawi & Persia merasa heran dengan bangsa Arab, kenapa mereka sanggup berbuat sedemikian rupa? Padahal negeri mereka adalah negeri yang tandus. Bahkan sedikitpun di hati mereka tidak ada keinginan untuk menjajah bangsa Arab karena tidak ada keuntungan untuk itu.
Lalu tahukah sobat, apa sih yang bisa membuat kaum Muslimin sedemikian kuatnya? Ya, di antara hal yang membuat kaum Muslimin kuat adalah izzah (rasa mulia), dan semangat menegakkan agama Allah I.
Begitu banyak kisah kepahlawanan dan keberanian kaum Muslimin bahwa mereka adalah kaum yang sangat mulia dan tidak mau tertunduk hina di hadapan kaum kafir. Di antaranya adalah kisah Rib’i bin Amir Ats-Tsaqafi pada perang Qodisiyah tahun 14 H. Rustum, Panglima Romawi meminta Saad bin Abi Waqash selaku panglima kaum Muslimin untuk memberi penangguhan waktu serta mengirimkan padanya beberapa orang utusan untuk ia tanyai perihal maksud kedatangan kaum Muslimin dalam memerangi mereka. Maka Rustum menyuruh para pelayannya untuk menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan berbagai macam perhiasan yang menyilaukan mata, demi menjatuhkan mental Rib’i bin Amir, sedangkan Rustum duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas dengan mahkota di kepalanya.
Lalu tahukah sobat, apakah yang dikenakan oleh Rib’i bin Amir? Ia hanya mengenakan pakaian yang begitu sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek. Kemudian ia turun dari kudanya kemudian mengikatkannya ke sebagian bantal-bantal yang terhampar. Lalu ia pun masuk, tanpa melepaskan baju perangnya dan berjalan dengan kepala yang tegak. Para penjaga pun menghalangi ia untuk masuk dan menyuruhnya untuk meletakkan senjatanya, maka ia menjawab: Aku tidak pernah berniat untuk mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku, maka biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika kalian tidak izinkan, aku akan segera kembali” Rustum berkata: “Biarkan ia masuk”. Maka Rib’i masuk sambil bertumpu dengan tombaknya yang ujungnya mengarah ke bawah hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.
Nah sobat muda, lihatlah begitu mulia dan beraninya Rib’i bin Amir Ats-Tsaqafi. Tidak ada yang membuatnya seperti itu kecuali Islam. Islamlah yang memerintahkan kita untuk tidak takut kecuali kepada Allah I. Islamlah yang memerintahkan kita untuk tidak gentar melawan musuh-musuh Allah I. Islamlah yang menjadikan kita umat yang kuat, sehingga sudah seharusnya bangsa lainlah yang takut kepada kaum Muslimin bukan sebaliknya. Namun sayang, fenomena yang kita rasakan saat ini, dimana dengan jumlah kita yang begitu banyak kita malah dibuat kocar-kacir hanya karena masalah sepele di antara kita. Persis seperti yang disabdakan Nabi Muhammad r: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya”. Maka seseorang bertanya: Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” Rasulullah r bersabda: Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah I telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah I telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan. Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi r bersabda: Cinta dunia dan takut akan kematian”. (HR. Abu Dawud, 3745)
Dari hadis di atas kita bisa mengambil faedah, bahwa kuat dan mulianya kaum Muslimin bukan karena jumlah, namun izzah dan semangat menegakkan agama Allah I, saf yang dahulunya rapat dan kuat kini sudah terasa longgar dan kosong. Bahkan sebagian kita sudah mulai mengisi saf di barisan musuh-musuh Islam, menjadikan mereka sebagai suri tauladan serta taat mengikuti setiap pergerakan dan perintah mereka. Naudzubillah.
Nah, Sobat-sobatku yang kucintai karena Allah I, maka mulai dari sekarang, mari kita berusaha untuk lebih mengenal Islam yang sesungguhnya beserta ajaran-ajarannya. Karena tidak ada yang melemahkan kaum Muslimin kecuali lemahnya kita dalam memahami Islam.F2d

(Sumber: Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun Wad Daulah Al-Umawiyah, hal. 43 dengan tambahan seperlunya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar