Kamis, 15 Juni 2017

Mana “Izzah”mu? (Kemuliaan yang Telah Hilang)

Sobat muda, masih ingatkah masa-masa kejayaan Islam? Dimana kaum Muslimin bisa menjatuhkan Persia dan mengusir serta memukul mundur Romawi jauh ke benua Eropa! Bahkan raja-raja Romawi & Persia merasa heran dengan bangsa Arab, kenapa mereka sanggup berbuat sedemikian rupa? Padahal negeri mereka adalah negeri yang tandus. Bahkan sedikitpun di hati mereka tidak ada keinginan untuk menjajah bangsa Arab karena tidak ada keuntungan untuk itu.
Lalu tahukah sobat, apa sih yang bisa membuat kaum Muslimin sedemikian kuatnya? Ya, di antara hal yang membuat kaum Muslimin kuat adalah izzah (rasa mulia), dan semangat menegakkan agama Allah I.
Begitu banyak kisah kepahlawanan dan keberanian kaum Muslimin bahwa mereka adalah kaum yang sangat mulia dan tidak mau tertunduk hina di hadapan kaum kafir. Di antaranya adalah kisah Rib’i bin Amir Ats-Tsaqafi pada perang Qodisiyah tahun 14 H. Rustum, Panglima Romawi meminta Saad bin Abi Waqash selaku panglima kaum Muslimin untuk memberi penangguhan waktu serta mengirimkan padanya beberapa orang utusan untuk ia tanyai perihal maksud kedatangan kaum Muslimin dalam memerangi mereka. Maka Rustum menyuruh para pelayannya untuk menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan berbagai macam perhiasan yang menyilaukan mata, demi menjatuhkan mental Rib’i bin Amir, sedangkan Rustum duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas dengan mahkota di kepalanya.
Lalu tahukah sobat, apakah yang dikenakan oleh Rib’i bin Amir? Ia hanya mengenakan pakaian yang begitu sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek. Kemudian ia turun dari kudanya kemudian mengikatkannya ke sebagian bantal-bantal yang terhampar. Lalu ia pun masuk, tanpa melepaskan baju perangnya dan berjalan dengan kepala yang tegak. Para penjaga pun menghalangi ia untuk masuk dan menyuruhnya untuk meletakkan senjatanya, maka ia menjawab: Aku tidak pernah berniat untuk mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku, maka biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika kalian tidak izinkan, aku akan segera kembali” Rustum berkata: “Biarkan ia masuk”. Maka Rib’i masuk sambil bertumpu dengan tombaknya yang ujungnya mengarah ke bawah hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.
Nah sobat muda, lihatlah begitu mulia dan beraninya Rib’i bin Amir Ats-Tsaqafi. Tidak ada yang membuatnya seperti itu kecuali Islam. Islamlah yang memerintahkan kita untuk tidak takut kecuali kepada Allah I. Islamlah yang memerintahkan kita untuk tidak gentar melawan musuh-musuh Allah I. Islamlah yang menjadikan kita umat yang kuat, sehingga sudah seharusnya bangsa lainlah yang takut kepada kaum Muslimin bukan sebaliknya. Namun sayang, fenomena yang kita rasakan saat ini, dimana dengan jumlah kita yang begitu banyak kita malah dibuat kocar-kacir hanya karena masalah sepele di antara kita. Persis seperti yang disabdakan Nabi Muhammad r: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya”. Maka seseorang bertanya: Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” Rasulullah r bersabda: Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah I telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah I telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan. Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi r bersabda: Cinta dunia dan takut akan kematian”. (HR. Abu Dawud, 3745)
Dari hadis di atas kita bisa mengambil faedah, bahwa kuat dan mulianya kaum Muslimin bukan karena jumlah, namun izzah dan semangat menegakkan agama Allah I, saf yang dahulunya rapat dan kuat kini sudah terasa longgar dan kosong. Bahkan sebagian kita sudah mulai mengisi saf di barisan musuh-musuh Islam, menjadikan mereka sebagai suri tauladan serta taat mengikuti setiap pergerakan dan perintah mereka. Naudzubillah.
Nah, Sobat-sobatku yang kucintai karena Allah I, maka mulai dari sekarang, mari kita berusaha untuk lebih mengenal Islam yang sesungguhnya beserta ajaran-ajarannya. Karena tidak ada yang melemahkan kaum Muslimin kecuali lemahnya kita dalam memahami Islam.F2d

(Sumber: Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun Wad Daulah Al-Umawiyah, hal. 43 dengan tambahan seperlunya)

Selasa, 13 Juni 2017

Risalah Cinta untuk Ayah dan Bunda

Bismillahirrahmanirrahim
Duhai Ayahanda dan Ibundaku. Ini adalah risalah cinta dari anakmu. Sebuah risalah yang menggambarkan betapa aku mencintaimu. Cinta yang kurasa tulus dari lubuk hatiku. Kawajibanku adalah untuk mentaatimu. Menuruti apa yang menjadi titahmu. Hingga bilamana aku mendapatkan ridhomu; disitulah baktiku kepadamu. Namun, ada beberapa perkara yang ingin aku ungkapkan dan ku sampaikan kepadamu. Bukan untuk mengajarimu, apalagi mengguruimu. Tidak ayah, tidak wahai ibuku. namun ini adalah permohonan dariku sebagai anakmu. Yang aku berharap, semoga engkau mendengarkannya.
Duhai Ayahanda dan Ibundaku, Lindungilah aku dari api neraka. Jagalah aku dari gemerlapnya dunia. Ajarkanlah aku ilmu agama; yang dengan nya aku akan bahagia, baik di dunia maupun saat berjumpa denganNya. Beritahu aku ketika aku salah, tuntunlah daku kepada yang diridhoiNya lalu ingatkanlah aku dikala ku lupa. Berikanlah aku ridho darimu karena aku tau ridho orang tua adalah ridho Allah swt.
Wahai Ayah, Bukankah Allah telah berfirman:
"Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka."
Dan bukankah Rasulullah saw telah bersabda:
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya. Dan istri pun pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
Juga sabda Rasulullah saw,
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara atau ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya.” (HR. An-Nasa’i)
Salahkah aku ayah, bilamana aku berjumpa dengan Tuhanku dan Ia bertanya penyebab aku masuk ke neraka; lalu aku jawab: ALLAH….. dahulu aku tidak pernah diajarkan shalat, aku tidak pernah diajarkan untuk menutup aurat, aku tidak tahu mana yang halal dan mana yang haram. Hidupku penuh dengan fitnah dan dosa. Hari-hariku diperlihatkan oleh pemandangan yang tak pantas. Hidup terlunta-lunta dengan dosa dan kemaksiatan. Tidak ada yang kutahu kecuali gemerlap dunia yang fana.
Wahai Ibu, inilah aku anak terkasihmu. Putra-putri yang kau harapkan kebaikan atas dirinya. Putra-putri yang haus akan pendidikan dan pengajaran. Engkaulah madrasah ku wahai Ibu. Tingkah lakumu tidak lepas dari mataku dan tabiatku adalah untuk mengikutimu. Mulutku akan terbiasa mengatakan apa yang ku dengarkan darimu. Janganlah engkau katakana perkataan kasar kepadaku. Atau jangan lah engkau mengutukku karena lisanmu adalah doa untukku.
Berhati lembutlah wahai ibu. Lalu ajarkan aku perkataan yang benar dan tingkah laku yang terpuji. Bersabarlah wahai ibu, karena bisa jadi, aku khilaf dan berbuat salah kepadamu. Bukalah hatimu buat anakmu. Ajarkan aku untuk berbakti kepadamu. Dan beritahu aku bahwa tugasku adalah untuk membahagiakanmu.
Wahai Ibu, kenakanlah aku pakaian yang menutup auratku. Tutuplah kepalaku. Hiasilah mahkotaku dengan kopiah ataupun hijab yang melindungiku. Ajarilah aku akhlak Nabimu. Beritahu aku bahwa dialah idolaku. Lantunkanlah di telinga ku ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi saw. Dan jauhkanlah aku dari durhaka kepadamu.
Wahai ayah, jauhkanlah aku dari perkara syirik. Beritahu aku bahwa Allah swt adalah Tuhanku dan Rasulullah saw adalah Nabiku. Beritahu aku wahai ayah, bahwa Islam dibangun oleh 5 perkara. Beritahu aku, bahwa beriman kepada 6 rukun iman adalah keyakinanku dan kewajibanku. Beritahu aku wahai ayah, jalan yang lurus. Jalan yang diajarkan Rasulku dan menjadi jembatan menuju syurga Tuhanku.
Wahai Ayah, ajaklah anakmu ini shalat. Berdirikanlah aku di samping shafmu.  Perintahkanlah aku untuk mengikuti setiap gerakanmu. Bukankah Rasulullah saw bersabda: “Suruhlah anak kalian sholat ketika mereka berusia 7 tahun, dan kalau mereka sudah berusia 10 tahun dan masih meninggalkannya maka pukullah ia dengan pukulan yang mendidik” (HR. Abu Daud)
Wahai ayah, jadilah suri tauladanku. Jadilah pahlawan dan pembimbingku. Jadilah imamku di sepertiga malam terakhir. Ajarkanlah aku kalimat-kalimat dari Tuhanku. Beritahu aku perkara-perkara yang diajarkan agamaku. Dan jauhkanlah aku dari maksiat yang menjerumuskanku. Beri aku kemudahan dalam berbakti kepadamu dan memperoleh rahmat dan ridho Tuhanku.
Inilah risalah cinta dari ananda anakmu. Aku berharap, semoga Allah merahmati kalian berdua dimana pun kalian berada. Dan aku selalu berdua diantara sujudku, kiranya kita bertemu di Syurga Allah swt.
Allah swt berfirman:
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.


Inilah potongan surat yang dituliskan oleh seorang anak kepada kedua orang tuannya. Dan kita berdoa kepada Allah swt, agar bisa berkumpul dengan orang-orang terkasih kita di syurga kelas. Dan kiranya Allah swt menjauhi kita semua dari api neraka. F2d

Untukmu yang Terasing

Islam adalah satu-satunya agama yang Allah turunkan lagi diridhoi di muka bumi. Islam adalah agama yang paripurna; yang di dalamnya dijelaskan segala aspek kehidupan dunia dan akhirat. Islam tidak memiliki cacat ataupun aib. Kehadirannya di muka bumi sebagai cahaya ketenangan, keamanan, ketentraman dan keselamatan. Tidak ada hati yang memiliki fitrah yang lurus kecuali akan condong kepada Islam.
Namun sangat disayangkan. Islam sebagai agama yang Allah ridhoi ditakdirkan untuk asing. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti sedia kala. Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim)
Lalu, siapakah orang-orang yang terasing yang disabdakan oleh Rasulullah? Apakah orang-orang yang tidak lagi memiliki sanak keluarga? Atau apakah orang yang tinggal jauh di tengah hutan belantara yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian? Atau orang-orang yang mengemis di jalanan yang meminta pertolongan kepada setiap orang yang lewat dihadapannya? Orang-orang yang terasing adalah orang-orang yang disabdakan oleh Rasulullah: “Maka keuntungan besarlah bagi orang-orang yang asing. (yaitu) orang-orang shalih yang hidup berdampingan dengan mayoritas orang-orang buruk. (ketika itu) orang yang bermaksiat kepada Allah lebih banyak daripada orang yang mentaatiNya” (HR. Ahmad)
Keterasingan adalah sebagaiman yang dirasakan oleh sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash yang pergi menjauh dari pertikaian antara Ali dan Muawwiyah. Keterasingan adalah hal yang dirasakan oleh Imam Ahmad ketika ia harus dipenjara dan disiksa oleh 3 khalifah pada masanya hanya karena Ia mengatakan Alquran adalah Kalamullah. Keterasingan adalah apa yang dirasakan oleh Sufyan at Tsaury ketika ia bertemu dengan kafilah dari negri yang jauh; lantas ia pun berkata: “Sampaikanlah salamku kepada siapa saja yang berpegang teguh terhadap Alquran dan Sunnah, karena saat ini aku tengah merasakan keterasingan Islam.” Keterasingan tersirat dari ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ia harus rela meninggal dunia di dalam penjara, lantas iapun berkata: “Apa yang bisa dilakukan musuhku terhadapku? Sesungguhnya kebahagiaanku ada di dalam dadaku. Bila kalian mengusirku, maka pengusiran tersebut bernilai tamasya bagiku dan bila kalian memenjarakanku maka pemenjaraan tersebut bernilai khalwat (untuk menenangkan pikiran dan ibadah).”
Kuantitas tidak selamanya menunjukkan bahwa itu merupakan kebenaran atau kebaikan. Kuantitas bukanlah tolak ukur yang dengannya kita bisa memvonis segala sesuatu. Ibnu Mas’ud berkata: “Jama’ah adalah siapa saja yang mengikuti kebenaran (berdasarkan Alquran dan Sunnah sebagaimana yang dipahami Salafus Saleh) meskipun kamu sendirian. (Jika memang engkau demikian adanya), Maka ketika itu kamu disebut Jama’ah” Allah swt berfirman: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116) Dan inilah konsep Iblis dalam menyesatkan anak cucu adam “Dan Engkau (Allah) tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (Qs. Al A’raf: 17) Oleh sebab itu, kita tidak bisa mengatakan bahwa shalat hukumnya tidak wajib hanya karena kebanyakan orang tidak sahlat. Kita tetap tidak boleh kufur, meskipun nantinya tidak ada satupun orang mukmin di dunia ini.
Maka ikutilah kata hatimu dan tuntutlah ilmu. Jika kamu tidak memiliki banyak waktu luang karna berbagai kesibukan, paling tidak kamu harus tahu apakah amal ibadahmu selama ini sesuai sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah atau tidak. Jadilah muslim yang intelek lagi kritis. Gunakanlah Alquran dan Sunnah sebagai pedoman dan Shalafus saleh sebagai panutan. Pelajarilah agama ini dari sumbernya. Hauslah akan Ilmu agama dan irilah pada para ulama. Jagalah amalan-amalan wajib lalu hiasilah ia dengan amalan sunnah semampunya lalu pastikan bahwa seluruh amalanmu sesuai dengan yang diajarankan Rasulullah.
Lalu akankah kita harus takut bilamana kita termasuk kedalam orang-orang yang terasing atau apakah kekuatan orang-orang terasing akan sirna dari muka bumi.  Dengarkan dan renungilah kabar gembira yang dibawakan oleh Baginda saw. untukmu : “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka hingga keputusan Allah datang” (HR. Muslim)
Sadarilah saudaraku, berapa banyak orang yang kusut bajunya, berantakan penampilannya, ia asing diantara penduduk dunia, namun apabila ia angkat tangannya tidak ada pilihan kecuali Allah swt pasti akan mengabulkannya. Ia cinta kepada tuhanNya maka tuhannya pun mencintainya. Maka, jadilah danau kecil di tengah luasnya padang pasir yang gersang. Jadilah bulan purnama di dalam gelap gempita malam tanpa bintang gempitang. Jadilah penerang dikala lampu-lampu telah padam. Jadilah penolong dikala mereka menangis membutuhkan. Hargai jiwa dan dirimu; karena semakin minim kuantitas sesuatu menandakan semakin berharganya sesuatu tersebut; bagaikan butiran mutiara diantara luasnya samudera. F2d
Sumber:
Aqidah al Wasitiyyah Karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Taisir al Karim ar Rahman karangan Syaikh As Si’dy

Syarh as Sunnah karangan Syaikh Shalih al Fauzan

Minggu, 11 Juni 2017

Ramadhan Bulan Ampunan; Salam Cinta dari Allah 

Oleh: Febri Frandikha
Bulan Ramadhan identik sekali dengan ampunan. Hal itu bisa kita lihat dari banyaknya hadits-hadits Nabi r yang berbicara tentang bulan Ramadhan; selalu saja diiringi dengan ampunan dari Allah I. Bahkan hal itu terlihat sangat spesifik sekali; dimana Rasulullah r menyebutkannya berkali-kali, namun dengan waktu yang berbeda-beda. Lalu, tahukah anda sobat, apa maksud dari ampunan Allah I tersebut?
Hikmah besar kenapa Allah I selalu saja mengaitkan bulan Ramadhan dengan segudang ampunan adalah bahwa ampunan adalah tanda cinta dari Allah I kepada hambanya. Sehingga bilamana Allah I mencintai hambanya, maka hal pertama yang Allah I lakukan bukan dengan memberikan hamba tersebut kenikmatan-kenikmatan dunia. Hal yang pertama kali yang akan Allah lakukan terhadap hamba tersebut adalah dengan mengampuni dosa-dosa hamba tersebut. Loh, kenapa Allah I ampunkan dosanya, apakah tidak ada hal lain yang lebih baik daripada ampunan Allah?
Sobat, ketika Allah I memberikan ampunan kepada seorang hamba, maka ketika itu Allah I telah membuka pintu Surga untuk hamba tersebut. Karena tidak ada yang bisa memasukkan seorang hamba ke dalam Surga kecuali amal ibadahnya. Dan alangkah indahnya ketika kita berjumpa dengan Allah I hanya dengan membawa amal ibadah saja adapun dosa-dosa kita yang telah lalu, maka Allah I telah mengampuninya. Makanya Allah I berfirman: “ Allah akan mencintai kalian lalu akan Allah ampunkan dosa-dosamu" (QS. Ali Imran:31)
Diantara sabda Rasulullah r di bulan Ramadhan kemudian mengaitkannya dengan ampunan Allah I adalah motivasi dari Rasulullah r untuk bersungguh-sungguh dalam berpuasa di siang hari pada bulan Ramadhan. Rasulullah r bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala disisi Allah, maka akan Allah I ampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah juga memotivasi mereka yang mungkin belum sempurna beribadah di siang hari di bulan Ramadhan dengan sabdanya:
“Barang siapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala disisi Allah, maka akan Allah I ampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian Rasulullah r memotivasi lagi dengan mengkhusukan ampunan Allah I pada malam lailatul qadr. Rasulullah r bersabda:
“Barang siapa yang melaksanan shalat pada malam lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala disisi Allah, maka akan Allah I ampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan juga motivasi Rasulullah r secara umum untuk bulan Ramadhan secara keseluruhan dengan sabda beliau r:
”...antara sholat lima waktu, antara Jum’at yang satu ke Jum’at yang lain dan antara Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang lain, terdapat kafarat (penghapus dosa) diantaranya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” [HR Muslim].
Nah sobat, gimana? Sudah jelaskan bahwa ampunan dari Allah di bulan suci Ramadhan menunjukkan salam cinta dari Allah I! Oleh sebab itu, selayaknya kita sebagai seorang hamba untuk menjemput cinta yang tak tertolak itu. Cinta dari Dzat sang pemilik cinta. Jangan sampai loh, bulan Ramadhan yang penuh berkah ini melewati kita begitu saja namun kita sama sekali tidak mendapatkan ampunan dari Allah I sedikitpun. Naudzubillah. Padahal sobat, malaikat telah melaknat orang-orang yang bertemu dengan bulan suci Ramadhan namun dosa-dosanya tidak terampuni sama sekali. Bahkan, Rasulullah r sendiri yang mengaminkan doa malaikat tersebut. (HR. Al-Baihaqi)

Oleh sebab itu sobat, mari kita berintropeksi diri dalam menghadapi bulan Ramadhan kali ini. Berusaha secara maksimal untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan suci, kemudian menjaganya agar tetap awet dan jauh dari hama. Hingga bilamana Ramadhan telah berlalu ibadah kita tidak berkurang dan konsisten seperti dulu. Selamat menjalankan Ibadah di bulan suci Ramadhan sobat! F2d.

WANITA KARIR, GENDER EQUALITY DAN ISLAM

Persamaan gender atau disebut juga dengan Gender Equality beberapa tahun belakangan ini sering sekali menjadi topik hangat dikalangan kita. Bahkan permasalahan ini sempat menimbulkan konflik hingga terjadi demonstrasi dimana-mana. Salah satu alasan utama hal tersebut adalah adanya asumsi yang mengatakan bahwa wanita juga berhak untuk mengapresiasikan dirinya; wanita tidak mesti di rumah dengan segudang urusan rumah tangga. Dikatakan bahwa gender equality berarti perjuangan kaum wanita/perempuan untuk mendapatkan hak-haknya. Hingga istilah wanita karir pun telah menjadi trend dan hal yang mesti dicapai. Lalu sobat, benarkah perempuan selama ini tertindas? Apakah ada campur tangannya antara Islam dan penindasan terhadap wanita? Untuk menjawab itu, kita akan mengupas hal-hal yang berkaitan tentang pandangan masyarakat terhadap wanita. Benarkah gender equality adalah perjuangan atau persamaan; dimana laki-laki tak terima kalau wanitanya hanya berdiam diri di rumahnya.
Sobat, seperti yang kita ketahui bersama bahwa dahulu masyarakat Arab Jahiliyyah memiliki pandangan buruk tentang sosok perempuan. Bagi mereka perempuan tidak memiliki hak apa pun. Mereka tidak mendapatkan hak waris, bahkan boleh diwariskan. Poligami tanpa batas bukanlah hal aneh. Beristri lebih dari empat dipandang biasa saja. Kelahiran anak perempuan dipandang sebagai aib yang sangat memalukan. Oleh karena itu, membunuh anak perempuan menjadi pilihan. Tak kurang sobat, sahabat sekaliber Umar bin al-Khattab sekalipun, khalifah kedua dari Kahlifah ar-Rasyidin, pada masa Jahiliyyah pernah membunuh anak perempuannya. Potret buram masyarakat Jahiliyyah ini direkam dalam ayat Al-Qur’an: “Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup itu ditanya, “Karena dosa apa ia dibunuh?” (QS. Asy Syams: 8-9)
Namun tahukah sobat, ternyata pandangan seperti itu bukan berasal dari masyarakat Arab saja. Jauh sebelumnya, Aristoteles misalnya menegaskan bahwa perempuan adalah manusia yang belum selesai yang tertahan tingkat perkembangan tingkat bawah. Lain lagi dengan Confucius. Dia mengatakan bahwa ada dua jenis manusia yang sukar diatur; keturunan orang-orang hina dan perempuan. Hati perempuan tak ubahnya sarang srigala, demikian yang dikatakan kitab Rig Weda. Tak kurang pahitnya, Adler –seorang penulis berkebangsaan Jerman- juga pernah mengungkapkan bahwa kenyataannya perempuan hanya memiliki iman yang lemah (terhadap Tuhan). Bahkan ia mengatakan bahwa secara alamiah perempuan memang lah jahat.
Dan ternyata sobat, pandangan-pandangan seperti itu bisa kita telusuri dari kata “famele” dalam Bahasa Inggris. Secara etimologis, kata female berasal dari Bahasa Yunani yakni femina (fed dan mina). Fe berarti fides atau faith “keyakinan”, sedangkan mina berarti minus “kurang”. Jadi, femina berarti ”orang yang kurang keyakinannya”.
Barulah setelah Islam datang, nasib kaum perempuan mengalami perubahan. Islam memandang perempuan secara proporsional sesuai dengan kenyataan gender. Perempuan berhak mendapat harta waris, dan sudah barang tentu tidak bisa dijadikan tirkah atau warisan. Poligami hanya dibatasi hanya empat orang Istri. Islam tidak mengenal konsep kesetaraan gender, tetapi Islam sangat memperhatikan kenyataan gender. Islam sangat memuliakan perempuan. Bahkan Islam menempatkan posisi perempuan sebagai ratu di dalam rumah yang harus dijaga dan dilayani. Perempuan tidak memiliki tugas sedikitpun untuk mencari nafkah, bahkan apabila perempuan berkerja dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan itu, maka secara mutlak harta tersebut adalah miliknya tanpa ada ikut campur suaminya. Bahkan persamaan gender yang dicetuskan selama ini malah menjatuhkan harga diri seorang wanita. Hak seorang wanita yang dimuliakan, dijaga dan dilayani malah berubah menjadi perempuan juga harus bekerja banting tulang sama seperti laki-laki. Perempuan tidak boleh cengeng apalagi manja. Seorang wanita dengan keringat yang bercucuran akibat lelah bekerja menjadi hal yang lumrah dan biasa.
Padahal sobat, Islam sendiri tidak pernah menutup kesempatan bagi seorang wanita untuk bekerja di luar rumahnya. Sekali lagi, Islam meletakkan posisi seorang perempuan secara seimbang dan proporsional. Perempuan boleh bekerja di luar rumahnya apabila memang dibutuhkan, dengan izin dari suami atau mahramnya dan terhindar dari ikhthilat maupun khalwat. Dengan adanya syarat-syarat ini kita sudah menutup 2 celah yang memang harus ditutupi. Yang pertama adalah menutup celah bagi perempuan untuk melakukan pekerjaan laki-laki. Seperti menjadi kuli, supir, dan sebagainya. Yang kedua, menutup celah bagi perempuan untuk menjatuhkan kehormatan dan harga dirinya. Dimana tugas mahramnya untuk mengantar jemput, memberikan support secara lahir dan batin dst. Hal itu bisa dilihat dan kita buktikan dengan bekerjanya seorang wanita menjadi seorang dokter kandungan atau bidan. Hal ini menutup celah bagi laki-laki untuk melakukan pekerjaan tersebut hingga tersingkap lah aurat yang semestinya harus dijaga.
Jadi kesimpulannya, wanita adalah sosok bidadari bagi laki-laki. Tidak perlu kesetaraan gender untuk mendapatkan hak dan apresiasi, Islam telah menempatkan itu sebagai pedoman yang harus ditaati laki-laki. Jangan jadikan KDRT sebagai alasan, karena Islam telah jadikan rumah Nabi r sebagai acuan. Jangan pernah memandang budaya barat, toh Islam sendiri mempunyai kiblat. Jika kita gunakan pemikiran liberal sebagai pendapat, Al-Qur’an hadist siapa yang melihat. Oleh sebab itu, jadilah muslim yang berintelektualitas. Mari kita hapus wanita karir on gender equality menjadi wanita karir on syariat Nabi r. F2d

Sabtu, 10 Juni 2017

Jilbab dan Ajang Kecantikan


Rasulullah r bersabda : “Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengitarinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allah I (ketika shalat) melainkan di dalam rumahnya”. HR. Tirmidzi no. 1173
Sobat Muda, Islam dengan kesempurnaan syariatnya sangat memuliakan seorang wanita. Dan salah satu bentuk penghormatannya adalah dengan memerintahkan wanita muslimahnya untuk menggunakan jilbab sebagai penjagaan diri dari lelaki asing yang memandangnya. Namun apa jadinya, ketika jilbab dengan ciri khas sebagai penutup aurat kini malah berambil alih menjadi bahan untuk menampakkan aurat dan kecantikaan? Bahkan sudah tidak asing lagi bila kita mendengar bahkan menyaksikan seorang wanita muslimah dengan jilbab minimnya berlenggak-lenggok diatas catwalk demi sebuah ajang kecantikan dengan alasan bahwa ini adalah sebuah fashion dan hak seorang wanita untuk tetap terlihat cantik meski dengan jilbabnya.
 Syaikh Nasiruddin Albani berkata: “Tujuan diperintahkannya (memakai) jilbab (bagi wanita) adalah untuk menutupi perhiasannya, maka tidak masuk akal jika jilbab (yang dipakainya justru) menjadi perhiasan (baginya). Hal ini, sebagaimana yang anda lihat, sangat jelas dan tidak samar”.
Beliau juga berkata: “Karena tujuan dari memakai jilbab adalah supaya tidak timbul fitnah, yang (demikian) ini hanya dapat terwujud dengan (memakai) jilbab yang longgar dan tidak ketat, meskipun menutupi kulit akan tetapi membentuk postur tubuh wanita dan menggambarkannya pada pandangan mata laki-laki. Ini jelas akan menimbulkan kerusakan (fitnah) dan merupakan pemicunya. Oleh karena itu, (seorang wanita) wajib (menggunakan) jilbab (pakaian) yang longgar.
Diantara hikmah besar disyariatkannya memakai jilbab bagi wanita ketika keluar rumah adalah untuk menutupi kecantikan dan perhiasannya dari pandangan laki-laki. Bahkan Apabila kita sedikit memutar sejarah maka akan kita dapati bahwa sebab pensyariatan jilbab adalah agar seorang muslimah tidak diganggu dan sebagai pembeda antara seorang budak atau wanita merdeka, antara wanita kafir dan wanita muslimah. Namun apabila sebab ini kita jadikan sebagai sandaran hari ini, maka sangat sukar bagi kita untuk membedakan antara wanita muslimah dan wanita kafir. Antara wanita yang tidak ingin diganggu dan wanita yang berharap untuk diganggu. Dan penggunaan jilbab sebagai perhiasaan untuknya sangat jelas menunjukkan bahwa wanita tersebut mengharapkan agar dirinya diganggu. Dan tentu saja hal ini sangat tidak kita inginkan bahkan sangat tidak pantas bagi seorang muslimah untuk berlaku seperti itu.
Sobat muda, Islam tidak melarang kaum muslimahnya untuk tampil cantik dan menawan. Bahkan dalam banyak hadits Allah dan rasulNya mengisyaratkan bagi seorang laki-laki untuk menikahi wanita yang cantik lagi memikat hati ban menjadikan mereka sebagai sebaik-baik perhiasan dunia bilamana mereka berada diatas ketaatan kepada Rabnya. Namun meskipun begitu, Islam juga memerintahkan kaum muslimahnya untuk menundukkan pandangannya, menjaga perkataan dan lisannya dan menutup auratnya kecuali untuk mahramnya saja.
Allah I. Berfirman : “Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera meraka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara-saudara mereka, atau para perempuan (sesama islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.” (Q.S an Nur : 31) F2d.https://frandikhafebri.blogspot.co.id/

(Sumber: Jilbaabul Mar’atil Muslimah karangan Syaikh Nashiruddin Albani dengan tambahan)

KETIKA AKU JATUH CINTA

Oleh: Febri Frandikha
Ulya bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Wajahnya yang putih kini mulai memanas dan memerah, ada detakkan yang tak biasa dari dalam dadanya. Perjumpaannya dengan Ahmad 5 menit yang lalu adalah sebab apa yang ia rasakan saat ini. Ini adalah perjumpaan pertama baginya dan itupun tidak lebih dari 5 detik ketika Ahmad datang membawakan pesanan jahitan yang Ia titipkan pada ibunya Ahmad. Lalu apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?
Sobat muda, jatuh cinta adalah salah satu nikmat yang Allah anugrahkan kepada anak cucu Adam. Namun apa jadinya ketika merasakan hal tersebut dikala belum ada ikatan yang sah menurut agama! Bukankah ikatan lawan jenis atau yang sering disebut “pacaran” sebelum menikah adalah suatu yang telah diharamkan agama bagaimanapun cara dan jenisnya! Lalu bagaimana jadinya, ketika kita benar-benar telah menjaga hati dan pandangan namun syaithan masih saja mampu mengusik kita seperti apa yang dirasakan teman kita Ulya? Nah, pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan beberapa solusi bagi mereka yang tengah jatuh cinta.
1. Beristighfar. Ya, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah beristighar dan meminta ampun kepada Allah. Loh, bukankah perasaan tersebut terasa begitu indah kenapa kok harus beristighfar? Nah, ini dia tipuan syaithan. Syaithan dengan tipu dayanya mulai mengajak kamu untuk bermain, bukankah hal itu telah jelas-jelas dilarang oleh Allah bahkan hal tersebut termasuk zina hati dan pikiran.
2. Diam, jangan diumbar. Sadarkah kita, ketika kita memberitahukan orang lain tentang kekaguman kita pada orang lain akan memperkuat perasaan itu? Kalau begitu, apakah salah memuji atau mengutarakan apa yang kita rasakan? Toh, bukan kepada orangnya! Ya, mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun apa jadinya, ketika kamu telah mengumbarnya kemudian dengan bantuan syaithan hal itu sampai kepada orang yang engkau maksudkan dan orang tersebut –lagi-lagi dengan bantuan syaithan- juga merasakan hal yang sama. Maka sudah bisa dipastikan syaithan telah sukses menjalankan misinya untuk menyesatkan anak cucu Adam. Oleh karena itu, cobalah untuk menguncinya rapat-rapat di dalam hatimu  dan biarlah hingga akhirnya hanya dirimu dan Allah lah yang tahu.
3. Berdoa dan berserah diri. Memang kita dibolehkan berdoa agar mendapatkan pasangan yang sholeh. Namun cobalah untuk tidak mempersempit doamu dengan memaksa Allah untuk menjodohkanmu dengan orang yang engkau tentukan. Karena belum tentu orang yang kamu kira baik adalah baik untukmu karena hanya Allah lah yang Maha Tahu. Pasrahkanlah semuanya kepada Allah dan berhusnudzonlah, karena Allah bersama perasangka hambanya.
4. Ingat! Orang yang baik untuk orang yang baik pula. Ada sebuah ungkapan “Ketika kamu saat ini sedang melakukan kebaikan, maka jodohmu pun sedang melakukan hal yang sama. Dan sebaliknya, ketika kamu sedang melakukan keburukan maka jodohmu juga sedang melakukan hal yang sama pula”. Maka cukuplah firman Allah sebagai motivasi terbaik untuk mendapatkan jodoh yang baik pula “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).” Q.S an Nur: 26.
5.  Istikharah. Allah swt. memberikan sebuah solusi bagi hambanya yang sedang bingung dan membutuhkan pertolongannya. Dan hal ini menunjukkan bahwa Ia menyukai hamba yang suka meminta dan butuh kepadanya. Solusi tersebut adalah dengan beristikharah dan meminta jawaban atas kegalauannya. Maka selayaknya seorang hamba berserah diri meminta pertolongan akan kebingungan dan kebimbangannya agar kiranya ia tidak menyesal dikemudian hari. Dan kesalahan banyak orang dewasa ini ketika mereka mengaduhkan kegundahan hatinya kepada selain Allah padahal ia tau bahwa Allahlah yang bertugas membolak-balikkan hati.

6. Menikah. Nah, ini adalah solusi terakhir buat kamu yang sedang jatuh cinta, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya, dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami belum pernah melihat (obat yang mujarab bagi ) dua orang yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan.” (H.R.Ibnu Majah). F2d.