(Oleh: Dwi Surya Praja)
“Masya Allah...! Kayaknya ente dah
gak pernah absen lagi nih dhuhanya...!!!” Sahut Egi seusai melihat Andre keluar
dari musholah kampus. “Yaahhh... doain aje broo... mudah-mudahan si doi ngeliat dan ntar
nerima lamaran ane... Hehehe...”. Kata Andre. “Astaghfirullah! Istighfar broo...
Istighfaaarr, kita beramal tuh karena Allah, bukan karena doi atau orang
lain...!!!”. Sela Raihan.
Sobat An-Nur yang berbahagia, sering
kita mendengar kisah teman-teman yang katanya sih dia berubah dari perilaku
buruk kepada perilaku yang terpuji atau yang biasa orang-orang menyebutnya
dengan ber“hijrah”, tapi kok karena seseorang atau hal lainnya bukan karena
Allah I. Ada bersedekah karena ingin dilihat orang lain lah, yang sholat malam
demi si “doi” lah atau seperti kisah yang disebutkan di atas dan kisah senada
yang lainnya.
Waaahh, kalau seperti itu niatnya
untuk berubah bisa-bisa amalannya tidak di terima tuh. Bukannya pondasi agar
diterimanya amal ibadah itu ada 2 sob? Pertama: Ikhlas karena Allah I semata. Lalu
yang kedua: Sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad ﷺ.
Berbicara mengenai ikhlas dalam
beramal, ada hadits yang berkenaan dengan ikhlas dalam beramal nih sob. Hadits
ini diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Bukhari (yang biasa kita sebut sebagai Imam
Bukhari) dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi
(Imam Muslim).
Dari Amirul Mukminin, Umar
bin Khathab t, Ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan
setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang
berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka pahalanya ialah hijrah karena Allah
dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak
diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka ganjarannya sesuai
dengan niatnya”.
Hadits ini adalah hadits shahih
yang telah disepakati keshahihannya. Hadits ini merupakan salah satu pokok
penting ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata: “Hadits tentang niat
ini mencakup sepertiga ilmu”. Begitu pula kata Imam Baihaqi beserta para Ulama
yang lain. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat di dalam hati,
ucapan dan tindakan.
Nah, sobat An-Nur yang berbahagia, ada
beberapa faedah (pelajaran) dalam hadits ini, di antaranya:
1.
Hadits ini
merupakan salah satu hadits tentang inti ajaran Islam, sebab kebanyakan Ulama
berkata: “Inti ajaran Islam kembali kepada dua hadits: pertama hadits ini, dan
kedua, hadits ‘Aisyah g dimana beliau bersabda: “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama)
kami ini, yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak”.
Hadits yang pertama ini adalah rujukan
serta timbangan amalan hati, sedangkan hadits dari ‘Aisyah g merupakan
rujukan untuk amalan lahiriah.
Nah, sobat An-Nur yang berbahagia,
kisah Andre yang kita sebutkan di atas merupakan perbuatan yang mana pelaku
harus memperbaiki keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah I. Memang
suatu hal yang terpuji apabila seseorang melaksanakan amalan-amalan sunnah akan
tetapi sangat disayangkan jika ia melakukannya hanya karena ingin dilihat oleh
orang lain. Dan hendaklah kita senantiasa memperbaiki serta memperbaharui niat
kita dalam beramal, karena tidak menutup kemungkinan akan berubahnya niat yang
tadinya shaleh lalu berubah disebabkan oleh satu atau dua hal. Dan karena hati
dapat berubah haluan dalam hal dan kondisi yang tak tentu.
2.
Kita wajib
menentukan niat bagi masing-masing ibadah, juga wajib membedakan antara ibadah
dan muamalah, berdasarkan sabda Beliau r: “Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya”, seperti orang yang akan melaksanakan shalat Zhuhur, maka Ia
harus berniat akan shalat Zhuhur, hingga bisa dibedakan dari yang lainnya. Sebab
masing-masing shalat memiliki niat masing-masing.
Demikian beberapa faedah yang dapat
kita ambil dari hadits Umar bin Khathab t di atas yang dijelaskan oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarah Hadits Arba’in dan pada
hakikatnya masih ada beberapa faedah lain yang belum kita paparkan sobat.
Nah, sobat An-Nur yang berbahagia,
telah kita ketahui urgensi niat dalam beribadah, maka dari itu marilah kita
ikhlaskan seluruh ibadah kita kepada Allah I dan hendaklah kita
selalu bertanya pada diri kita untuk siapa dan untuk apa kita berbuat sobat! Waallahu
a’lam
Sumber: Syarh Arbain an Nawawiyah karangan Syaikh Al
Utsaimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar